Melihat Keanehan Sikap Kerajaan Arab Saudi

SIAPA YANG KHAWARIJ

Sahabat Hikmah...
Sejak Arab Saudi dan negara-negara kaya Arab memberikan dukungan kepada Assisi setelah membantai pengunjuk rasa hampir lebih 3000 orang mati, bahkan membakar masjid Rab'ah Al Adawiyah dan membunuh orang yang ada di dalamnya, saya terus terang kaget dan heran.


Masjid Rabi'ah Al Adawiyah dibakar junta militer
Masjid Rabi'ah Al Adawiyah dibakar junta militer

Kerajaan Saudi Arabia

Kerajaan Saudi Arabia

BELIAU adalah Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin `Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.

Tempat dan Tarikh Lahirnya

Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung `Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang.

Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal 1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun, setelah mengabdikan diri selama lebih 46 tahun dalam memangku jawatan sebagai menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi .

Mekah dimasa Muhammad

Mekah dimasa Muhammad

Satu ketika dalam masa panjang sejarah Mekah, kota itu dilanda badai. Angin kencang bertiup. Guntur bergemuruh. Tidak lama, hujan pun turun dengan deras menggenangi Kota Mekah.

Keesokan harinya, masyarakat sekitar baru bisa keluar rumah masing-masing. Hal pertama yang mereka lihat adalah Kakbah. Semua orang yang menyaksikan bangunan itu terkejut. Air masih terlihat menggenangi Kakbah, bahkan telah meretakkan dinding-dindingnya.

Dalam sekian waktu, mereka dilanda kebingungan, apa yang harus mereka lakukan atas Kakbah dengan kondisinya seperti itu. Sebagian pemimpin Mekah seperti Al Walid Al Mughirah merasa perlu melakukan perbaikan atas Kakbah. Sementara itu, Abu Wahb bin Amir dan pengikutnya menentang pemikiran Al Walid. Hampir saja terjadi pertikaian gara-gara hal tersebut.

Mekah Pra Kelahiran Muhammad

Mekah Pra Kelahiran Muhammad

Dari sudut pandang keyakinan dan keimanan, menjelang kelahiran Muhammad, masyarakat Mekah sudah jauh dari nilai-nilai yang dianut dan dicontohkan Nabi Ibrahim a.s., nenek moyang mereka. Jika Nabi Ibrahim a.s. menyembah hanya kepada Allah Swt., masyarakat Mekah pada saat itu justru wewujud menjadi kaum pagan, penyembah berhala. Oleh umat Islam pada umumnya, kondisi ini menyebabkan mereka disebut sebagai masyarakat jahiliyah.

Kejahiliyahan masyarakat Mekah bukan karena mereka bodoh dalam arti tidak mampu membaca dan tidak berpendidikan. Menurut Philip K. Hitti dalam The History of the Arabs, kejahiliyahan masyarakat Mekah pada saat itu lebih karena mereka tidak memiliki tuntunan hukum, nabi, dan kitab suci.

Kondisi tidak adanya norma, hukum, dan nabi di tengah-tengah masyarakat Arab pada saat itu telah menyebabkan munculnya konflik di antara mereka. Pada saat itu, mereka mengenal Ayyaamul Arab (hari-hari orang Arab). Menurut Hitti, tradisi ini mengisahkan tentang permusuhan antarsuku yang disebabkan oleh persengketaan dalam soal hewan ternak, padang rumput, dan mata air.

Mekah dari masa IBRAHIM hingga QURAISY

Mekah dari masa IBRAHIM hingga QURAISY

Mekah terletak di antara Yaman (sebelah selatan) dan Palestina (sebelah utara). Kota ini berdiri sebagai sebuah lembah sempit di antara impitan gunung-gunung yang mengelilinginya. Pada masa lalu, untuk keluar masuk lembah ini harus melewati tiga jalan: arah dari dan keYaman, arah dari dan ke Laut Merah, dan arah dari dan ke Palestina.

Setelah masa Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s., Mekkah ditengarai tidak terlepas dari suku Amalik dan Jurhum. Kedua suku tersebutlah yang mengendalikan administrasi Kota Mekah. Suku Jurhum kemudian tercatat menetap di kota ini.

Kekuasaan suku Jurhum atas Mekah berakhir ketika Mudad bin Al Harith mengalahkan suku Amalik. Pada masa ini, perdagangan Mekah maju pesat dan mengalami kesejahteraan dan kenyamanan yang tinggi. Hal ini membuat mereka menjadi lupa bahwa mereka tinggal di sebuah lembah yang tidak subur dan harus selalu dirawat dan dijaga dengan telaten. Karena hal yang sangat berlebihan juga dari mereka, air Zamzam pun menjadi kering.

Mekah di Masa IBRAHIM dan ISMAIL

Mekah di Masa IBRAHIM dan ISMAIL

dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 127 disebutkan bahwa:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, ‘Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’” (QS 2:127)

Terlepas dari siapa yang membangun pertama kali Kakbah sebagai awal mula Kota Mekah, keberadaan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. tampaknya sama sekali tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya. Sebagaimana disebutkan di awal, kaum Muslimin secara umum memahami bahwa keduanyalah yang membangun Kakbah.

Kisah Hewan-Hewan Terbaik di Zaman Nabi

Kisah Hewan-Hewan Terbaik di Zaman Nabi

Teman-teman pasti pernah mendengar cerita hewan-hewan di zaman nabi, hewan-hewan itu sungguh di utus oleh Allah swt. Untuk berbuat kebajikan, tapi ada pula yang tak menjalankannya. Tapi, teman-teman tahu nggak hewan-hewan yang terbaik yang di ceritakan dalam Al-Quran, karena kebaikan dan mengerjakan tugasnya. Berikut ini kisah hewan-hewan dalam zaman Nabi

Seekor Sapi Merah

Saat Bani Israil kebingungan mencari sebab meninggalnya seseorang, mereka meminta bantuan kepada Nabi Musa. “Nabi Musa, bisakah kau beritahukan kami sebab meninggalnya orang ini?” tanya mereka. Nabi Musa meminta petunjuk pada Allah swt. Ia berdoa dengan bersungguh-sungguh. Allah menjawab doa Nabi Musa dengan memerintahkannya untuk menyembelih seekor sapi. Maka di suruhlah kaum Bani Israil menyembelih seekor sapi yang berwarna kuning kemerah-merahan, tidak pernah di gunakan untuk bekerja, tidak cacat dan tidak belang. Bani Israil menemukan sapi tersebut, mereka membelinya dengan emas seberat tubuh sapi tersebut. Sapi itupun di sembelih dan dagingnya dilemparkan ke tubuh jenazah tadi. Atas kekuasaan Allah, jenazah itu terbangun dan memberitahukan sebab kematiaannya. Setelah itu, Allah kembali mematikannya.