Jam Raksasa di Makkah Sebaiknya Dijadikan Acuan Jam Hijriah

Jam Raksasa di Makkah Sebaiknya Dijadikan Acuan Jam Hijriah

jam Raksasa di Makkah
Usaha pemerintah Arab Saudi untuk menggeser pusat waktu dunia ke Makkah bukan perkara mudah. Hal yang bisa dilakukan sekarang adalah dengan menjadikan jam raksasa tersebut sebagai acuan waktu hijriah.

"Sekarang kan baru ada penanggalan hijriah, kenapa tidak dibuat saja semacam penyatuan waktu untuk jam hijriah," kata astronom ITB Moedji Raharto saat berbincang dengan detikcom, Jumat (13/8/2010).

Menurut Moedji, butuh usaha besar untuk menjadikan Makkah seperti Greenwich Mean Time (GMT). Sebab, negara-negara lain yang terlanjur menggunakan acuan waktu di wilayah tenggara London tersebut akan melakukan penyesuaian besar-besaran.


Nah, alternatif lain yang bisa dilakukan pemerintah Arab Saudi adalah menjadikan menara kedua terbesar di dunia tersebut sebagai simbol Islam selain Ka'bah. Tujuannya, lebih ke arah penyatuan semangat emosional umat muslim di seluruh dunia.

"Barangkali itu bisa lebih pada penyatuan umat muslim dan sebagai simbol selain haji. Begitu kita lihat jam itu, kita bisa melihat Makkah bagaimana," jelasnya.

Namun demikian, mantan kepala Observatorium Bosscha ini menegaskan, pemerintah Arab Saudi harus mengajukan konsep yang jelas terlebih dulu soal penyeragaman waktu hijriah ini. Termasuk kaitannya dengan penggunaan waktu berdasarkan matahari.

"Kalau ada terus bagaimana set up-nya. Saya sendiri belum tahu apa yang ditawarkan konsepnya oleh Makkah. Selama ini kan sudah ada penggunaan waktu matahari," paparnya.

Seperti diketahui, pemerintah Arab Saudi sedang merampungkan proyek ambisius untuk menggeser Greenwich Mean Time (GMT) sebagai pusat waktu dunia. Sebuah menara jam raksasa yang lima kali lebih besar dari Big Ben di London sedang dibangun di kota Makkah.

Bagi Arab Saudi, Makkah dianggap lebih tepat sebagai episentrum dunia. Kota suci umat muslim tersebut diklaim sebagai wilayah tanpa kekuatan magnetik oleh peneliti Mesir seperti Abdel-Baset al-Sayyed. Artinya, jarum kompas tidak bergerak saat di Makkah.

"Itulah mengapa ketika seseorang berpergian ke Makkah atau tinggal di sana, mereka tinggal lebih lama dan lebih sehat karena hidupnya lebih sedikit dipengaruhi oleh gravitasi," jelas al-Sayyed. sumber

melanggar kesepakatan ilmuan

Jam raksasa di puncak menara Abraj Al Bait, Makkah, Arab Saudi, Kamis (12/8), mulai berdenting. Dengan jam itu, pemerintah Arab Saudi akan menggeser Greenwich Mean Time sebagai pusat waktu dunia.

Itulah mimpi para ulama, ilmuwan, pengusaha dan pemerintah Arab Saudi. Namun, mimpi itu menghentak dunia karena dinilai menantang konvensi dunia 1884. Dalam konvensi itu, disepakati greenwich sebagai pusat waktu dunia.

Ambisi Makkah memang bukan sekadar mimpi. Berdasarkan penelitian ilmuwan Mesir, Abdel Baset Al Sayyed, Makkah adalah wilayah tanpa kekuatan magnetik. Karena itu, pengunjung atau warga Makkah lebih sehat karena lebih sedikit dipengaruhi gravitasi bumi.

Itu pulalah yang membuat mayoritas warga Indonesia melambungkan dukungannya. Tapi dukungan itu mengharuskan Arab Saudi menyiapkan konsep waktu yang bisa meyakinkan dunia.

Fakta itu beralasan. Sebab dunia dibagi menjadi 360 garis bujur berdasarkan titik nol greenwich di tenggara London, Inggris. Pembagian yang disepakati konvensi 1884 itu menjadi acuan semua kepentingan bisnis dan penerbangan dunia. sumber
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment