Polisi Ringkus Penculik Mahasiswi Akbid

Polisi Ringkus Penculik Mahasiswi Akbid

Petugas Polres Lhokseumawe, Selasa dinihari (17/6) berhasil menangkap tiga dari lima pelaku penculikan mahasiswi Akademi Kebidanan (Akbid) Pemda Aceh Utara, Novi Maulizar (19) di Simpang Desa Pinto Makmur Bungkah, Muara Batu, Aceh Utara.

Dugaan sementara, pelaku nekad menculik karena cinta. Namun keluarga korban juga sempat dimintai tebusan Rp 70 juta oleh pelaku yang masih buron.

Ketiga pelaku, masing-masing Safwandi (25) asal Dusun Cot Suwe, Gampong Blang Manyak, Kecamatan Sawang, yakni otak penculikan sekaligus pacar korban. Dia ditangkap di rumah istrinya di Desa Gunci, Kecamatan sama, kemarin sekitar pukul 06.00 WIB. Sedangkan, dua rekannya, M Amin (26) dan Mawardi (27) asal Gunci ditangkap satu jam kemudian di kawasan Keude Sawang. Keduanya diduga ikut membantu kejahatan yang dilakukan pelaku utama.



“Sedangkan, dua pelaku lainnya Dustur dan Razali asal Pinto Makmur Bungkah, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, masih buron dan petugas kita masih melakukan pengejaran ke sejumlah tempat. Saat kita periksa Safwandi mengaku terpaksa menculik korban, karena tidak mau diajak menikah,” ungkap Kapolres Lhokseumawe AKBP Joko Surachmanto melalui Kasat Reskrim AKP Decky Henra Wijaya kepada Rakyat Aceh, kemarin.

Menurut Kasat, berdasarkan keterangan korban, kasus itu terjadi berawal pada Minggu 19 April lalu. Safwandi yang baru saja menikah menelpon korban dan mengajak jumpa, dengan alasan rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Akhirnya korban sepakat dijemput pelaku dengan mobil di persimpangan jalan menuju Bandara Malikussaleh, tepatnya di kawasan Bungkah pada Senin 20 April lalu sekitar pukul 07.00 WIB.

Saat itu, korban mengira pelaku datang sendirian. Namun ia terkejut saat melihat dua pemuda lainnya, yakni Dustur dan Razali bersembunyi di jok belakang mobil yang dikemudikan Safwandi.

Kepada petugas, korban mengaku, mau masuk ke dalam mobil karena pelaku berjanji akan mengantarkannya ke kampus Akbid di Buket Rata Lhokseumawe. Namun tiba-tiba, pelaku membelokkan mobil ke arah Krueng Mane, Muara Batu.

“Saat korban menjerit minta diturunkan, dua pelaku lainnya langsung menutup wajah korban dengan jaket hitam. Kemudian membekap mulut korban dengan isolatip dan tangan diikat tali rapia. terus korban dibawa ke rumah tersangka Mawardi di Desa Gunci, agar tidak terlihat warga korban dimasukkan ke dalam kamar, Hp dan perlengkapan kuliah korban ikut disita,” ungkap Kasat yang didampingi Kanit Opsnal Brigadir Lukman Hakim.

Kemudian pada malam harinya, Dastur menghubungi ayah korban untuk meminta tebusan sebanyak Rp 70 juta. Namun permintaan tersebut tidak ditanggapi.

Disaat itulah, kejahatan mereka mulai terungkap. Keluarga korban tidak tinggal diam langsung membuat laporan ke Polisi serta meminta bantuan sejumlah masyarakat untuk mencari korban. Karena gelagat jahat sudah dicium Polisi, para pelaku mulai panik. Sehingga pada Selasa dinihari (21/4), korban diantar secara diam-diam ke rumah salah seorang warga di Desa Gunci. Saat itu korban dibiarkan dalam kondisi tidak terikat duduk di depan pintu rumah warga.

Tak lama kemudian, korban dibawa kedalam oleh pemilik rumah. Setelah pagi hari, korban menghubungi nomor Hp temannya. Agar memberitahukan keberadaan korban di kawasan Gunci. “Sejak itu kita lakukan pengejaran terhadap pelaku, namun baru kemarin kita berhasil menangkap pelakunya,” ujar Kasat.

Safwandi kepada Rakyat Aceh, membantah dia meminta tebusan, karena yang menelepon keluarga korban adalah Dustur rekannya yang masih buron. saat malam hari ia tidak berada di lokasi penyekapan, karena pulang ke rumah istrinya di desa yang sama.

“Saya kabur pagi harinya, setelah kasus ini diketahui polisi,” ungkap pemuda yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang kayu.
Sedangkan M Amin mengaku, ia tidak tahu menahu dengan kejadian itu, karena dirinya hanya diminta bantu membeli nasi bungkus oleh pelaku pertama. “Saya tidak tahu ada yang diculik, karena saat itu saya hanya diminta tolong beli nasi bungkus,” katanya.

Hal senada juga diakui Mawardi. Memang lokasi penyekapan di rumahnya, namun ia sendiri tidak melakukan perbuatan tersebut. Bahkan ia merasa tidak nyaman dengan aksi para pelaku lainnya yang membawa korban ke rumah. “Malah saya yang membawa keluar korban dan diantar ke rumah warga pada pagi itu, karena saya tidak mau terjerat hukum,” ujarnya singkat. sumber
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment