Kendurian ke Malaysia, Muslimah Indonesia Malah Dijual

Kendurian ke Malaysia, Muslimah Indonesia Malah Dijual

Perdagangan Budak Islam

Kendurian ke Malaysia, Wanita Indonesia Malah Dijual

Sebanyak dua muslimah warga negara Indonesia ditipu dan dijual kepada seorang tauke pasar mini di Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia. Keduanya dipekerjakan tanpa digaji.

Kemalawati Abdul Rais (55) dan saudaranya Salwani Abdullah Sani (45) mengaku mereka dibeli majikan tersebut dengan harga 13 ribu ringgit (Rp 47 juta) sebelum disuruh bekerja di pasar mini.

Salwani menuturkan mulanya mereka diundang menghadiri kenduri di Malaysia dan masuk ke negara ini pada pertengahan 2013. Tapi, pas lawatan sosial tersebut, mereka justru ditahan seseorang yang bekerja di sebuah agen perjalanan.


"Kami diberi tahu agen akan berada di negara ini selama dua pekan,'' kata Salwani. ''Tetapi, kami malahan dijual kepada tauke dan disuruh bekerja di pasar mini dekat sini.''

"Kami hanya diberi makan dan tempat tidur tanpa dibayar gaji dan bekerja dari jam 7 pagi sampai 9 malam setiap hari," imbuh dia.

Selain bekerja di pasar mini, Salwani juga dibawa ke rumah majikannya untuk melakukan pekerjaan rumah.

Tidak tahan dengan keadaan tersebut, Salwani melarikan diri dari rumah majikan pada Senin (27/1) ke Butterworth sebelum ia menghubungi kakak iparnya. Ia kemudian membuat laporan ke Kantor Imigrasi Pulau Pinang.

Mendapat laporan tersebut, petugas imigrasi kemudian menyerbu pasar mini tersebut dan menyelamatkan Kemalawati.

Kepala Penguat Kuasa Imigrasi, Basri Othman, mengatakan kedua wanita tersebut coba disembunyikan sebelum disuruh bekerja di sebuah pasar mini milik seorang perempuan warga lokal berusia sekitar 50 tahun.

Pemilik pasar mini tersebut juga dibawa ke Kantor Imigrasi untuk pengusutan lebih lanjut berdasar Seksyen 29 Akta Anti Pemerdagangan Orang 2007.

"Siasatan lanjut masih dijalankan untuk mengetahui apakah dua wanita Indonesia tersebut dijual pihak tertentu kepada pemilik pasar mini untuk mendapatkan keuntungan cepat," katanya. Sumber
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment