Perkawinan dalam Islam
Perkawitan antara kewajiban agama dan keinginan sex |
Ada orang-orang pesimis yang menjabarkan perkawinan sebagai penghalalan pelacuran. Hal ini tepat sekali untuk menjabarkan kesucian perkawinan Muslim dan status dari wanita bersuami dalam Islam. Menurut Islam, melalui pernikahan, pria punya hak milik penuh atas ‘daging’ di tubuh wanita. Tidak seperti agama Hindu dan Kristen, perkawinan bukanlah persatuan yang mengikat dalam Islam. Hal ini karena tidak ada pengertian persekutuan dan penyatuan antara pasangan suami istri.
Qur’an tidak memandang perceraian dan perpisahan sebagai pilihan tragis, tapi sebagai kesempatan emas bagi pria. Dalam Islam, wanita dianggap tak berotak, dan hanya berupa daging halal saja bagi pria untuk dinikmati.
Qur’an tidak memandang perceraian dan perpisahan sebagai pilihan tragis, tapi sebagai kesempatan emas bagi pria. Dalam Islam, wanita dianggap tak berotak, dan hanya berupa daging halal saja bagi pria untuk dinikmati.
Lihatlah Hadis Sahih Bukhari 7.62.173 yang menyatakan bahwa Istri harus mencukur bulu kemaluannya tatkala suami kembali pulang ke rumah setelah perjalanan jauh.
Di bukunya, Nasrin (2007) mengeluh, “Ibuku mengenakan ‘purdah’. Dia mengenakan ‘burqa’ dengan net jaring yang menutupi bagian mukanya. Ini mengingatkanku akan kerudung penutup daging di rumah nenekku. Satu punya jaring yang terbuat dari kain, dan yang satu lagi terbuat dari kawat. Tapi maknanya tetap sama – agar daging itu aman.”