Apakah Islam Sebuah Agama Yang Cinta Damai?
Introduksi
Saudara-saudari:
Subyek
ini sangatlah tidak mudah, baik bagi anda, para pendengar, dan juga
bagi saya, oleh karena segala sesuatu yang sedang terjadi pada saat ini.
Saya memilih satu dari dua pilihan yang ada – walau pilihan yang
termudah pun masih merupakan pilihan yang sulit. Apakah saya harus
menyampaikan apa yang dianggap tepat secara politik? Atau apakah saya
harus mengatakan kebenaran? Yang terakhir inilah yang saya pilih, dengan
meyakini apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus Kristus: “Kamu akan
mengenal kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”.
Batasan-batasan
waktu yang kita miliki terhadap program ini sama sekali tidak
mempermudah tugas ini, karena sulit meliput begitu banyak informasi yang
ada atau mendalaminya dalam waktu yang singkat. Namun dalam beberapa
menit ke depan saya akan melakukan yang terbaik untuk membahas
masalah-masalah mengenai “penggunaan kekerasan” dan “hidup berdampingan
dengan agama-agama lain” dalam Islam.
Ijinkan
saya memulainya dengan mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan kita
kehendak bebas untuk memilih sistem keyakinan kita sendiri. Saya sangat
meyakini kebebasan beragama, dan tidak mengutuk siapapun yang mempunyai
keyakinan yang berbeda dengan keyakinan saya. Saya tidak bermaksud untuk
menghina orang-orang Muslim melalui apapun yang saya katakan hari ini,
dan saya berharap agar anda mau menerima perkataan saya sesuai dengan
apa yang dimaksudkannya.
Setelah
peristiwa yang mengerikan pada tanggal 11 September, kita mendengar
banyak orang Muslim mengatakan apa yang dilakukan Islam dan bahwa Islam
tidak mengajarkan kekerasan kepada orang lain, dan bagaimana orang
Muslim hidup berdampingan dengan non Muslim. Ada yang mengatakan bahwa
Islam adalah agama damai, bahwa Islam tidak mengijinkan pembunuhan atas
orang lain (yang tidak seiman), dan bahwa orang-orang yang melakukan
serangan-serangan itu membengkokkan ajaran-ajaran Islam dengan mengklaim
bahwa tindakan itu dilakukan dalam nama Islam. Sedang yang lainnya
mengatakan bahwa Islam memang mengijinkan pembunuhan atas orang lain,
dan bahwa hal itu adalah sesuatu yang bertujuan mulia. Siapakah yang
benar?
Sejujurnya,
kita tidak dapat menghakimi agama apapun hanya dengan melihat pada
orang-orang yang mengklaim sebagai penganut agama itu. Sangatlah mudah
mengacungkan jari terhadap banyak orang Muslim yang telah melakukan
kekerasan terhadap orang Kristen, Yahudi dan yang lainnya dan
menyimpulkan bahwa Islam mengajarkan kekerasan, atau mengacungkan jari
pada banyak orang Kristen yang telah melakukan kekerasan terhadap orang
Muslim, Yahudi dan yang lainnya dan menyimpulkan bahwa kekristenan
mengajarkan kekerasan. Ini salah sama sekali. Tidak semua yang mengklaim
bertindak dalam nama agama tertentu adalah penganut sejati dari agama
itu. Maka, untuk menjawab pertanyaan mengenai masalah yang menjadi
perhatian kita hari ini, kita perlu kembali kepada sumber-sumber Islam
untuk melihat, apakah yang dikatakan oleh sumber-sumber tersebut
mengenai kekerasan dan mengenai hidup berdampingan dengan para penganut
keyakinan lain. Oleh karena itu pertama-tama saya akan memperhatikan
Qur’an, kitab suci Islam, yang diyakini oleh orang Muslim sebagai wahyu
Tuhan kepada Muhammad, dan Hadith yang adalah kumpulan perkataan dan
tindakan-tindakan Muhammad. Ini adalah dua sumber pertama mengenai
Islam.[1]
kemudian saya akan meneliti tindakan-tindakan sang nabi Islam dan para
sahabatnya oleh karena mereka adalah orang-orang yang sangat memahami
Qur’an, dan yang dijadikan teladan oleh orang-orang Muslim pada masa
kini.
Pembatalan dalam Quran الناسخ والمنسوخ في القرآن
Apa yang kita maksudkan dengan istilah “pembatalan”?
Kata
Arab ‘nasikh’ dan ‘mansukh’ sama-sama berasal dari akar kata yang sama
yaitu ‘nasakha’ yang berarti ‘membatalkan, menggantikan, menarik,
menghapus’.
Kata
nasikh (sebuah participle aktif) berarti ‘membatalkan’. Dalam bahasa
teknis, istilah-istilah ini berkaitan dengan beberapa bagian dari wahyu
Qur’an, yang telah ‘dibatalkan’ oleh bagian yang lainnya. Bagian yang
dibatalkan disebut ‘mansukh’ sementara bagian yang membatalkan disebut
‘nasikh’ (Ahmad von Denver, Ulum Al-Quran).
Memahami
konsep pembatalan sangatlah penting guna memahami Islam. Di dalam
Qur’an sendiri ada pernyataan-pernyataan yang saling berkontradiksi.
Sebagai
contoh, baru-baru ini saya membaca sebuah artikel oleh Karen Armstrong
yang mengatakan: “satu-satunya perang yang diijinkan (dalam Qur’an)
adalah perang karena membela diri. Orang Muslim tidak boleh memulai
kekejaman (2:190).”
Yang lainnya mengutip ayat-ayat dari Qur’an seperti:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)” Sura 2:256
"لا إكراه في الدين"
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”
Sura 15:94
" فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِين" الحجر 94:15
Ayat-ayat
ini nampaknya jelas mengatakan bahwa Qur’an mengajarkan sebuah respon
yang damai terhadap orang-orang yang menentang Islam. Tetapi ada
ayat-ayat lain dalam Qur’an yang mengatakan hal sebaliknya. Sebagai
contoh “Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah
orang-orang musyirikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah mereka di tempat
pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan
zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Sura 9:5 (Kita akan lebih
memperhatikan ayat ini kemudian).
Ayat
mana yang harus ditaati oleh orang-orang Muslim? berdasarkan doktrin
pembatalan, teks-teks yang muncul kemudian membatalkan yang terdahulu
apabila ada inkonsistensi, atau dikatakan bahwa ayat-ayat tersebut
“menghapus” teks-teks terdahulu. Oleh karena itu, seorang Muslim hanya
perlu mengetahui ayat mana yang datang terdahulu, dan mana yang muncul
kemudian. Pentingnya doktrin pembatalan tidak dapat disepelekan. Di
mesjid di kota Kufa, Ali b. Abi Talib pernah mendapati orang-orang
berkumpul di sekeliling hakim Abdur-Rahman. Hakim tersebut membingungkan
mereka dengan apa yang diharamkan dan apa yang tidak. Ali bertanya
padanya apakah ia dapat membedakan ayat-ayat mana yang membatalkan dan
ayat-ayat mana yang dibatalkan; ia berkata bahwa ia tidak dapat
melakukannya. Kemudian Ali mencengkeram telinga pria itu dan
menjewernya, dan berkata: “Kamu binasa, dan kamu membuat orang lain
binasa. Jangan lagi kamu menghakimi di mesjid kami”.
Demikianlah
pentingnya doktrin tersebut; orang yang tidak mengetahui doktrin
pembatalan akan “binasa dan membinasakan orang lain”, menurut Ali Ibn
Abi Talib.
Marilah
kita kembali pada ke-tiga ayat yang telah saya kutip di atas, kita
lihat bahwa ketiga-tiganya telah dibatalkan, menurut para sarjana
Muslim.(تراجع كتب الناسخ والمنسوخ لـ ابن
حزم،
الكرمي، ابن الجوزي، المقري، قتاده،...) (untuk informasi yang lebih
terperinci perhatikan buku-buku dengan judul seperti The Abrogative and
the Abrogated oleh pengarang-pengarang seperti Ibn Hazem, Al-Karmi, Ibn
Al-Jawzi, Al-Muqri, atau Al-Nisabouri)
Suyuti
dalam bukunya استنباط التنزيل (Istenbat al tanzeel) mengatakan:
“Segala sesuatu dalam Qur’an mengenai pengampunan dibatalkan oleh Sura
9:5.” Al-Shawkani dalam bukunya السيل الجرار (Alsaylu Jarar 4:518-519)
mengatakan: “Islam sepakat mengenai memerangi orang kafir dan memaksa
mereka memeluk Islam atau tunduk dan membayar Jizyah (pajak khusus yang
harus dibayar hanya oleh orang Kristen atau Yahudi) atau dibunuh.
[Ayat-ayat] mengenai mengampuni mereka telah dibatalkan dengan kewajiban
untuk memerangi mereka dalam hal apapun.
Harap
diperhatikan bahwa saya tidak menganjurkan kepada orang-orang Muslim
untuk mengikuti ayat-ayat tertentu dan mengabaikan yang lain. Seperti
yang telah saya katakan sebelumnya, saya yakin 100% pada hak tiap
individu untuk memilih keyakinannya masing-masing. Namun demikian, saya
mengatakan bahwa menurut doktrin Islam mengenai pembatalan, ayat-ayat
ini kosong-melompong. Mereka berkontradiksi dengan ayat-ayat yang muncul
kemudian, dan dalam Islam ayat yang muncul kemudianlah yang harus
diikuti pada masa kini.
Kini marilah kita melihat beberapa bagian Qur’an yang tidak ditulis hingga hijrah di Medinah.
Qur’an mengatakan:
“Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”. Sura 2:190
"قاتلوا في سبيل الله الذين يقاتلونكم ولا تعتدوا إن الله لا يحب المعتدين" البقرة 190:2
“Dan
bunuhlah mereka (orang-orang kafir) dimana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekkah) dan
fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan” Sura 2:191
"
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ
أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلاَ تُقَاتِلُوهُمْ
عِندَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِن
قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاء الْكَافِرِينَ" البقرة 191:2
“Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu, maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap
orang-orang yang lalim”. Sura 2:193
"
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلّهِ
فَإِنِ انتَهَواْ فَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِينَ" ابقرة 193:2
“Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” Sura 2:216
"
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن
تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا
وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ"
البقرة 216:2
Disini
untuk pertama kalinya kita melihat bahwa perang itu diijinkan. Ingatlah
bahwa pada masa-masa awal Islam, perang tidak diijinkan. Namun
ayat-ayat ini membatalkan ayat-ayat terdahulu, dan mengijinkan perang –
baik untuk membela diri dan juga melawan orang-orang yang tidak
mempunyai ikatan perjanjian dengan orang-orang Muslim. Namun demikian,
bahkan ketiga ayat ini kemudian dibatalkan dengan ayat-ayat berikut ini,
yang muncul kemudian:
“Karena
itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan
Allah lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan
kepadanya pahala yang besar” Sura 4:74
"فَلْيُقَاتِلْ
فِي سَبِيلِ اللّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
بِالآخِرَةِ وَمَن يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيُقْتَلْ أَو يَغْلِبْ
فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا" النساء"74:4
“...tawan
dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemuinya dan janganlah kamu
ambil seorangpun diantara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi
penolong.” Sura 4:89
"وَدُّواْ
لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُواْ فَتَكُونُونَ سَوَاء فَلاَ تَتَّخِذُواْ
مِنْهُمْ أَوْلِيَاء حَتَّىَ يُهَاجِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَإِن
تَوَلَّوْاْ فَخُذُوهُمْ وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتَّمُوهُمْ وَلاَ
تَتَّخِذُواْ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلاَ نَصِيرًا" النساء 89:4
“Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar” Sura 4:95
"لاَّ
يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُوْلِي الضَّرَرِ
وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ
فَضَّلَ اللّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ عَلَى
الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُـلاًّ وَعَدَ اللّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ
اللّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا" النساء 95:4
“Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain
mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” Sura 8:60
"وَأَعِدُّواْ
لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ
تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ
لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي
سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ" الأنفال
60:8
“Hai
nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada
dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang
sabar) diantaramu, mereka dapat mengalahkan seribu dari orang-orang
kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” Sura
8:65
"يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِن يَكُن
مِّنكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُواْ مِئَتَيْنِ وَإِن يَكُن مِّنكُم
مِّئَةٌ يَغْلِبُواْ أَلْفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِأَنَّهُمْ
قَوْمٌ لاَّ يَفْقَهُونَ" الأنفال 65:8
“Perangilah
mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan)
tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu
terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman” Sura
9:14
"قَاتِلُوهُمْ
يُعَذِّبْهُمُ اللّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ
عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِين" التوبة 14:9
“Perangilah
(dengan senjata) orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang
benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada
mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam
keadaan tunduk”. Sura 9:29
"قَاتِلُواْ
الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلاَ
يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَلاَ يَدِينُونَ دِينَ
الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُواْ الْجِزْيَةَ
عَن يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُون" التوبة 29:9
“Katakanlah:
tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari
dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya, atau (azab) dengan
tangan kami. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu
bersamamu”Sura 9:52
"قُلْ
هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلاَّ إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ وَنَحْنُ
نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَن يُصِيبَكُمُ اللّهُ بِعَذَابٍ مِّنْ عِندِهِ أَوْ
بِأَيْدِينَا فَتَرَبَّصُواْ إِنَّا مَعَكُم مُّتَرَبِّصُون" التوبة 52:4
Sekarang,
yang kita lihat disini adalah: Qur’an memerintahkan orang-orang Muslim
untuk berperang dengan tujuan untuk mendirikan kerjaan Allah di dunia
(di seluruh dunia) dengan segala cara. Kebanyakan para sarjana Islam
mengatakan bahwa satu ayat dari Qur’an (9:5) membatalkan 124 ayat, yang
pada dasarnya semua ayat itu berbicara mengenai damai dan pengampunan.
Berikut ini adalah ayat yang mengatakan:
“Apabila
sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin
itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah
mereka dan intailah mereka di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat
dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada
mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” Sura 9:5.
"فَإِذَا
انسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ
وَجَدتُّمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُواْ لَهُمْ كُلَّ
مَرْصَدٍ فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ
فَخَلُّواْ سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ" التوبة 5:9
Saat
kita memperhatikan ayat ini dengan seksama (yang pada umumnya disebut
sebagai ayat pedang) hanya ada satu jalan keluar bagi kaum pagan (atau
orang-orang kafir) agar mereka terhindar dari pembantaian. Mereka harus
bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, yaitu menjadi orang
Muslim. Sedangkan bagi Para Ahli Kitab kita membaca ayat ini dalam Sura
yang sama, yaitu pada ayat 29, yang mengatakan pada kita cara untuk
terhindar dari pembunuhan adalah “membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk”
Mereka
harus membayar uang perlindungan dan mau ditundukkan yaitu sebagai
warga negara kelas dua, sekalipun mereka tinggal di tanah air mereka
sendiri. Kita melihat hal ini dipraktekkan di Mesir, Siria, Libanon,
Irak, Sudan, dan di semua negara di Timur Tengah yang telah ditaklukkan
oleh orang-orang Muslim pada 100 tahun pertama jaman Islam. Para leluhur
Kristen yang tinggal disana sekarang mengalami penderitaan yang berat
saat mereka mempertahankan iman Kristen mereka.
Kini,
ada peraturan fiqh yang harus diperhatikan ketika mempelajari :العبرة
بعموم اللفظ لا بخصوص السبب, yaitu apa yang dianggap sebagai kemutlakan
penyampaian, bukan terutama alasan adanya wahyu tersebut. Jelasnya,
mereka mengikuti apa yang tertulis, bukan ruh dari hukum itu...
Dalam
perkataan lain, para sarjana Muslim dalam membuat penilaian/penghakiman
– memandang Qur’an dan Muhammad seturut apa yang mereka pahami dan
bukan berdasarkan alasan-alasan pewahyuan.
Hadith
Hadith
adalah perkataan-perkataan Muhammad, sang nabi Islam. Hadith dipandang
sebagai sumber yang kedua bagi doktrin Islam. Hadith seutuhnya
menyetujui Qur’an (berkenaan dengan kekerasan dan hidup berdampingan).
Hadith mempunyai konsep pembatalan yang sama, dan karakteristik historis
yang sama. Yaitu bahwa pengajaran-pengajaran Muhammad pada masa-masa
permulaan Islam sangat diwarnai dengan cinta damai, namun kemudian
muncul perkataan-perkataan seperti:
Ibn
Haban dalam Sahihnya, vol. 14, h. 529, mengisahkan: Muhammad berkata:
“Aku bersumpah demi Dia yang menggenggam jiwaku, aku telah diutus
kepadamu dengan pembantaian semata.”
Dalam
Musnadnya (vol. 2, h. 50) Imam Ahmed, dikisahkan oleh Ibn Omar: “nabi
berkata: ‘aku telah diutus dengan pedang mendahului hari penghakiman dan
hidupku berada dalam bayang-bayang tombakku dan penghinaan dan
penundukkan adalah bagi orang-orang yang tidak.’”
Omar
Ibn al-Khatab mengatakan: “Aku mendengr nabi Allah berkata: ‘Aku akan
mengusir orang Yahudi dan orang Kristen keluar dari jazirah ini dan aku
tidak akan meninggalkan seorangpun dari mereka disini kecuali
orang-orang.’” (Sunan Abu Dawud, vol. 2, No. 28, dari Muhaddith program[2])
Ibn
Ishaq dan al-Waqidi melaporkan bahwa pada pagi itu, nabi berkata,
setelah pembunuhan atas Kab Ibn al’Ashraf, “Bunuhlah orang Yahudi siapa
saja yang dapat kau pegang dengan tanganmu.” (El beddayah wa alnihaya –
Ibn Katheer – vol. 4 – dalam bab mengenai pembunuhan terhadap Ka’ab bin
al’Ashraf)
1. Tindakan-tindakan Muhammad
Sekarang
marilah kita memperhatikan tindakan-tindakan Muhammad, sang nabi Islam
yang terakhir, seperti yang dikatakan Qur’an: “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah” Sura 33:21
"لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا" الأحزاب 21:33
Aisha
(istri kesayangan Muhammad) mengatakan: “Karakternya (Muhammad) adalah
Qur’an” (sebagaimana disampaikan oleh Sahih Muslim). Oleh karena itu
hidup Muhammad merefleksikan penafsiran yang akurat mengenai Qur’an.
Apabila
kita membaca mengenai tindakan-tindakan sang nabi Islam, kita akan
mendapati banyak kasus pembunuhan. Kebanyakan dari kasus-kasus ini
terjadi karena ada orang yang mengkritik nabi Islam hanya dengan
perkataan.
Kita membaca:
Ibn
Ishak mengatakan: “Rasul berkata, “Bunuhlah siapa saja orang Yahudi
yang jatuh ke dalam kekuasaanmu.” Oleh karena itu Muhayyisa محيصة b.
Masud mendatangi Ibn Sunayna, seorang pedagang Yahudi yang mempunyai
relasi sosial dan bisnis dengannya, dan membunuhnya. Huwayyisa حويصة
bukanlah seorang Muslim pada waktu itu walaupun ia adalah saudara yang
tertua. Ketika Muhayyisa membunuhnya, Huwayyisa mulai memukulinya, dan
berkata, ‘Kamu musuh Tuhan, apakah kamu membunuhnya sedangkan kebanyakan
lemak di perutmu berasal dari kekayaannya?’ Muhayyisa menjawab, ‘Jika
orang yang telah memerintahkan aku untuk membunuhnya kemudian
memerintahkan aku untuk membunuhmu maka aku akan memenggal kepalamu.’”
(El badyah wa alnihaya – Ibn Katheer – vol. 4 – dalam bab mengenai
pembunuhan atas Ka’ab bin al’Ashraf).
2. Ekspedisi `Umayr untuk membunuh Abu Afak
Suatu
ketika Muhammad membunuh seorang pria bernama al-Harith b. Suwayd.
Ketika Abu Afak menulis sebuah puisi menentang pembunuhan itu, Muhammad
berkata, “Siapakah yang mau berurusan dengan bedebah ini untukku?” Maka
Salim b. Umayr, saudara dari B. Amr b. Auf, salah seorang “peratap”,
mengajukan diri dan membunuhnya. (Ibn Hisham – Dar el jeel Beirut – 1411
–Vol. 6, UMAYR’S EXPEDITION TO KILL ABU AFAK)
3. UMAYR B. - Perjalanan untuk membunuh ASMA D. MARWAN
Setelah
Abu Afak dibunuh, Asma menulis sebuah puisi mempersalahkan Islam dan
para pengikutnya yang telah membunuh para lawan mereka.
Ketika
Muhammad mendengar apa yang dikatakan wanita itu, ia berkata, “Siapakah
yang akan menyingkirkan bagiku anak perempuan Marwan itu?” Ummayr b.
Adiy al-Khatmi yang pada waktu itu ada bersamanya mendengar perkataannya
itu, dan pada malam itu juga ia pergi ke rumah wanita itu dan
membunuhnya. Pada pagi hari ia menemui rasul dan mengatakan padanya apa
yang telah dilakukannya dan Muhammad berkata, “Kamu telah menolong Allah
dan rasul-Nya, wahai Umayr!” ketika ia bertanya apakah ia akan
mendapatkan konsekuensi-konsekuensi jahat, rasul berkata, “Dua ekor
kambing tidak akan saling membenturkan kepala mengenai wanita itu”, maka
Umayr kembali kepada kaumnya. Kemudian ada keresahan besar di antara
Bani Khatma pada hari itu mengenai apa yang terjadi pada anak perempuan
Marwan. Ia mempunyai lima anak laki-laki, dan ketika Umayr menemui
mereka setelah ia mendatangi rasul ia berkata, “Aku telah membunuh anak
perempuan Marwan, wahai putra-putra Khatma. Lawanlah aku kalau kalian
bisa; jangan membiarkan aku menunggu”. Itulah hari pertama Islam menjadi
sangat berkuasa di antara Bani Khatma.
Sehari setelah anak perempuan Marwan dibunuh, kaum pria Bani Khatma menjadi orang Muslim karena mereka melihat kekuatan Islam.”
(Ibn
Katheer el bedayah wa alnehaya – vol. 5 – dalam tahun ke-11 Hijriah
juga ditemukan dalam – Ibn Hisham – dar al jeel Beirut – vol. 6 UMAYR B.
ADIYY’S JOURNEY TO KILL ASMA D. MARWAN)
(البداية والنهاية ـ ج 5 ـ في ذكر السنة 11 من الهجرة ـ(
4. Pembunuhan seorang budak perempuan
Seorang
pria buta mempunyai seorang budak yang memiliki selir, ibu dari
anak-anaknya, yang biasa menghina Nabi dan mencemoohnya. Ia melarang
wanita itu tapi wanita itu tidak mau berhenti.
Suatu
malam wanita itu mulai mencaci-maki Nabi dan menghinanya. Lalu ia
mengambil sebuah belati, menusuk perutnya dan membunuhnya. Seorang
anaknya yang ada diantara kedua kakinya berlumuran darah ibunya. Pada
pagi hari, Nabi diberitahu mengenai hal itu. Ia mengumpulkan orang-orang
dan berkata: “Demi Allah dan dengan kewenanganku aku memerintahkan
orang yang telah melakukan hal ini untuk berdiri.” Dan orang itu berdiri
lalu duduk di samping nabi dan berkata: “Rasul Allah! Aku adalah
majikannya; ia selalu menghina dan mencemooh anda. Aku telah
melarangnya, tetapi ia tidak berhenti, dan aku memarahinya, namun ia
tidak meninggalkan kebiasaannya itu. Aku mempunyai dua orang anak
laki-laki yang berharga bagai permata darinya, dan ia adalah
pendampingku. Semalam ia mulai menghina dan mencemooh anda. Maka aku
mengambil sebuah belati, dan menusuk perutnya sampai ia mati”. Mendengar
hal itu Nabi berkata: “Kiranya kalian menjadi saksi, tidak ada uang
darah yang harus dibayarkan untuk perempuan itu”
«اشهدوا
أن دمها هدر» . ) نيل الأوطار للشوكاني _ دار الطباعة المنيرية ـ القاهرة ـ
دون تاريخ ـ الجزء السابع. كتاب حد شارب الخمر. باب قتل من صَرّحَ بسب.
النبي ـ و في سنن أبي داود ـ مركز الأبحاث والدراسات الثقافية ـ الجزء
الثاني ـ باب الحكم فيمن سب النبي.)
(Naylu
Al’wtar – Al-Shawkani – Al muneeriah publishing – Cairo – Vol 7 – Book
of Drinking – Bab mengenai Pembunuhan Orang yang memberi peringatan
kepada nabi – juga dalam Sunan Abi Daowd – Markaz Al’bhath wa aldersat
althkafiah – Vol 2 – Bab mengenai penghakiman atas orang yang menyumpahi
nabi)
5. Ekspedisi `Amr B Umayya
Suatu
ketika Muhammad mengutus salah seorang pengikutnya yang bernama `Amr,
untuk membunuh seorang musuh Muhammad yang bernama Abu Sufyan. Namun
demikian, usaha pembunuhan itu gagal. Ketika ia kembali pulang, ia
bertemu dengan seorang gembala bermata satu. Gembala dan orang Muslim
itu mengidentifikasi diri sebagai anggota dari klan Arab yang sama.
Sebelum pergi tidur, gembala itu berkata bahwa ia tidak akan pernah
menjadi seorang Muslim. Umayya menunggu sampai gembala itu tertidur dan
kemudian: “Segera setelah orang Baduy itu tidur dan mendengkur, aku
bangun dan membunuhnya dengan cara yang mengerikan, lebih dari siapapun
yang telah dibunuh”.
Umayya
kembali dan berbicara dengan Muhammad. Ia berkata...” Ia [Muhammad]
menanyakan kabarku dan ketika aku menceritakan padanya apa yang telah
terjadi ia memberkatiku”.
6. Umm Qirfa
Contoh
lainnya mengenai pembunuhan yang dilakukan Muhammad terhadap
orang-orang yang mengkritiknya adalah ketika seorang wanita bernama “Umm
Qirfa” (Fatima) dijadikan tawanan. Ia adalah seorang perempuan yang tua
renta. Ia selalu menghina Muhammad dengan perkataannya dan
puisi-puisinya. Zayd memerintahkan Qays untuk membunuh Umm Qirfa dan ia
membunuh wanita itu dengan sangat kejam, dengan mengikat kedua kakinya
pada dua ekor unta dan mengusir unta-unta itu lari ke arah yang
berlawanan hingga wanita itu tercabik menjadi dua. (Al ‘saba – Ibn Hagar
– vol. 4, h.231)
Sahabat-sahabat Muhammad
قال
الرسول: أصحابي كالنجوم،بأيهم اقتديتم اهتديتم “Para sahabatku
bagaikan bintang-bintang, jika kamu meneladani mereka, sesungguhnya kamu
akan dituntun”. Para sahabatnya adalah orang-orang yang menjadi Muslim
dan melihat Muhammad ketika ia masih hidup.
Namun
saat membaca sejarah mengenai para sahabat nabi ini kita mendapati
kisah-kisah yang sangat mengerikan. Beberapa insiden di bawah ini pada
jaman sekarang dipandang sebagai kejahatan perang.
Abu Bakr (Khalif yang pertama)
Mengobarkan
perang adalah sarana utama untuk menyebarkan dan membela Islam menjadi
sebuah aturan bagi siapapun yang berkuasa dan memerintah masyarakat
Islam. Khalif yang pertama, Abu Bakr, yang mengambil alih kepemimpinan
setelah kematian Muhammad, bahkan mengobarkan perang terhadap sesama
umat Muslim untuk memaksa mereka membayar upeti kepadanya yang biasa
digunakan Muhammad untuk mengumpulkan uang bagi dirinya sendiri (seperti
yang dikemukakan dalam Sura 9:103).
Omar ibn al-Khatab (Khalif yang kedua)
Abd
Allah ibn Sa’ed (pelayan Omr ibn al-Khatab servant) mengatakan:
“Orang-orang Kristen Arab bukanlah orang Kristen, aku tidak akan
meninggalkan mereka hingga mereka menjadi Muslim atau aku menggorok
leher mereka.” (Kanzu ‘umal – al mutka al hindi – vol. 4, No. 11770)
Khalid ibn al-Walid (pedang Allah yang tidak disarungkan)
Surat Khalid Ibn al-Walid kepada orang-orang Madain:
“Dari
Khaled ibn al-Walid kepada Marazebah orang-orang Parsi [orang-orang
Persia] damai bagi orang-orang yang mengikuti tuntunan. Pujilah Allah
karena hamba-hambamu meninggalkanmu dan kamu telah kehilangan harta
bendamu dan kamu telah dilemahkan. Barangsiapa berdoa dengan doa kami
dan menerima tempat sembahyang kami di Timur [Kiblat] dan makan kurban
kami maka ia menjadi seorang Muslim sejati yang mempunyai hak istimewa
yang sama dan kewajiban yang sama dengan kami. Apabila kamu menerima
suratku kirimkan padaku uang tebusan bagi para tawanan yang kami tahan
dan mintalah perjanjian, atau demi nama Allah dan tidak ada yang lain
selain Dia. Aku akan mengirim padamu orang-orang yang suka untuk mati
sebagaimana kamu suka untuk hidup.”
"والله الذي لا إله إلا هو،لأرسلن لكم أقواماً يحرصون على الموت كما تحرصون على الحياة".
Dalam
pertempuran melawan orang Persia, dan itu adalah perang yang sangat
keras, Khaled berkata: “Oh Allah, berikanlah kami kemenangan atas
mereka, aku bersumpah aku tidak akan membiarkan seorangpun hidup dan aku
akan membuat sungai-sungai mereka dialiri darah mereka”.
Kemudian
ketika Allah memberikan kemenangan kepada mereka, Khaled mengutus orang
untuk memanggil semua orang yang tertangkap dan meminta orang Muslim
untuk tidak membunuh siapapun kecuali mereka yang menolak untuk tunduk.
Setelah mereka ditangkap, orang-orang Persia itu dibawa ke sungai dan
dipenggal. Orang-orang Muslim melakukannya selama tiga hari hingga
mereka membunuh 70.000 orang.
(أبو بكر الصديق لمحمد رشيد رضا ـ البداية والنهاية لابن كثير في ذكر سنة 12 من الهجرةـ عن برنامج المحدث)
(Abu Bakr – By Muhammad Rashid Rida – “Muhaddith Program”[2] – dan Bedaya wa nehaya –Ibn Katheer – dalam tahun ke-12 Hijriah “Muhaddith”)
Kini
Saya
menyadari bahwa informasi di atas terlalu berat bagi beberapa orang,
tapi saya hanya menggunakan sedikit dari yang dapat ditemukan dalam
Qur’an, Hadith, dan buku-buku sejarah Islam.
Kita
telah melihat apa yang diajarkan oleh Qur’an dan Hadith; kita telah
melihat tindakan-tindakan dari nabi Islam yang terakhir, dan pemahaman
dari pengajaran-pengajaran ini oleh para sahabatnya.
Kini
pertanyaannya adalah, bagaimana orang Muslim merekonsiliasikan semua
ini dengan apa yang kita dengar dikatakan oleh banyak orang: yaitu,
bahwa Islam adalah agama damai dan Islam mengajarkan hidup berdampingan
dengan semua agama lain. Saya ingin sekali percaya bahwa Islam
benar-benar agama damai seperti yang dikatakan oleh banyak orang. Namun
hingga ada orang yang dapat memberikan pada saya sebuah interpretasi
yang tepat dan dapat dipercayai terhadap tulisan-tulisan dan
kejadian-kejadian yang telah saya kemukakan, nampaknya saya tidak dapat
meyakini bahwa Islam adalah agama damai.
Ada
satu hal terakhir yang memprihatinkan saya. Imam Abu Hammid Ghazali
mengatakan: “Berbicara adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan.
Jika sebuah tujuan yang mulia dapat dicapai baik dengan mengatakan
kejujuran maupun kebohongan, maka tidaklah benar untuk mencapainya
melalui dusta karena hal itu tidaklah perlu. Jika mungkin untuk mencapai
tujuan seperti itu dengan dusta dan tidak mengatakan kebenaran, maka
diijinkan untuk berbohong jika pencapaian tujuan itu diijinkan.” (Ahmad
ibn Naqib al-Misri, The Reliance of the Traveller ( عمدة السالك ),
diterjemahkan oleh Nuh Ha Mim Keller, Amana publications, 1997, bagian
r8.2, h. 745)
Ibn
Shihab, seorang sarjana Muslim lainnya berkata: “Hanya ada tiga kasus
dimana berdusta diijinkan: dalam peperangan, untuk membawa rekonsiliasi
diantara orang-orang yang bertikai dan perkataan suami kepada istrinya,
dan perkataan istri kepada suaminya (yaitu dusta putih untuk
merekonsiliasikan mereka).” (Infomasi lebih lanjut dapat dilihat pada
“Life of Mahomet”, karangan William Muir, Volume I, footnote h.88)
(Sahih Muslim, Buku 32, No. 6303 – dari program Alim).
Saya
berharap orang-orang Muslim dapat mengatakan kepada kita mengapa kita
harus percaya apa yang mereka katakan bahwa Islam adalah agama yang
sangat cinta damai, sedangkan kita mengetahui bahwa mereka diijinkan
untuk berdusta demi mencapai tujuan yang mulia, yaitu membuat Islam
menjadi agama dominan umat manusia (Sura 8:39,40).
Ini
adalah pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting, dan saya masih
berharap kita akan mendengar jawabannya suatu hari nanti – sebelum
semuanya sudah sangat terlambat.
Jika anda mempunyai komentar, pertanyaan, atau ketidaksetujuan silahkan mengirimkan Email pada saya.
Judul dalam bahasa Inggris: "Is Islam A Peace-Loving Religion"
[1] Dua sumber lainnya adalah Ijmaa’ dan Qiaas (Analogi)
"Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, boleh kaupergunakan.Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini. Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas" (Ulangan 20: 10-16)
ReplyDeleteKalau ayat di atas mencerminkan perdamaian ga?
Perkenalkan nama saya zull fikar. Dan saya ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH JONOSEUH atas bantuannya selama ini dan saya tidak menyangka kalau saya sudah bisa sukses dan ini semua berkat bantuan MBAH JONOSEUH,selama ini, saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang2 dan alhamdulillah kini sekarang saya sudah punya usaha Restoran sendiri,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH JONOSEUH atas bantuan nomor togel dan dana ghaibnya, dan saya yang dulunya pakum karna masalah faktor ekonomi dan kini kami sekeluarga sudah sangat serba berkecukupan dan tidak pernah lagi hutang sana sini,,bagi anda yang punya masalah keuangan jadi jangan ragu-ragu untuk menghubungi MBAH JONOSEUH karna beliau akan membantu semua masalah anda dan baru kali ini juga saya mendapatkan para normal yang sangat hebat dan benar-benar terbukti nyata,ini bukan hanya sekedar cerita atau rekayasa tapi inilah kisah nyata yang benar-benar nyata dari saya dan bagi anda yg ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH JONOSEUH di 0823 4444 5588 dan ingat kesempatan tidak akan datang untuk yang ke 2 kalinya terimah kasih..
Delete