Kegelapan Sejarah Islam
benarkah ini....?
Apalagi Ibn Sa’d sendiri juga menyatakan bahwa Bilal adalah martir yang
pertama. Bilal telah lama selamat dari penindasan majikannya, dan dia
kembali lagi ke Mekah saat kota itu ditaklukkan Muhammad. Bilal lalu
mengumandangkan Azan di atap Ka’bah. Dia meninggal karena alasan
alamiah.
Beberapa sumber Islam mengatakan bahwa suami Summayyah yang bernama Yasir dan putra mereka yang bernama Ammar dibunuh di Mekah. Akan tetapi Muir juga menunjukkan bahwa setelah Yasir meninggal karena alasan alamiah, Summayyah menikah dengan budak Yunani bernama Azraq dan dari pria ini dia punya anak yang bernama Salma. [Sir William Muir: The Biography of Mahomet, and Rise 0f Islam. Chapter IV page 126]
Beberapa sumber Islam mengatakan bahwa suami Summayyah yang bernama Yasir dan putra mereka yang bernama Ammar dibunuh di Mekah. Akan tetapi Muir juga menunjukkan bahwa setelah Yasir meninggal karena alasan alamiah, Summayyah menikah dengan budak Yunani bernama Azraq dan dari pria ini dia punya anak yang bernama Salma. [Sir William Muir: The Biography of Mahomet, and Rise 0f Islam. Chapter IV page 126]
Kalau begitu, bagaimana bisa Summayyah mati
dibunuh? Azraq tinggal di Taif (tak jauh dari Mekah). Lima belas tahun
kemudian, Muhammad mengepung Taif. Azraq merupakan salah satu dari
beberapa budak Taif yang membelot ke perkemahan Muhammad. Sudah
sewajarnya untuk menyimpulkan bahwa setelah kematian Yasir, Summayyah
menikah dengan Azraq dan hidup bersamanya di Taif. Jadi kisah kematian
Summayyah sebagai martir hanyalah dongeng Islam belaka.
Karena sibuk mengurus sepuluh anak tanpa bantuan dari suami, Khadijah tidak sempat mengurus bisnisnya, sehingga setelah dia meninggal dunia, keluarganya jadi miskin. Setelah Khadijah meninggal, pendukung lain Muhammad yakni pamannya Abu Talib juga meninggal. Karena kehilangan dua pendukung setianya dan tidak dipedulikan masyarakat Mekah, maka Muhammad mengambil keputusan hijrah ke Medina. Apalagi sebelum hijrah dia sudah mendapat sumpah setia dari beberapa orang Medina untuk mendukungnya. Muhammad memerintahkan para pengikutnya hijrah duluan. Beberapa dari mereka merasa ragu untuk berangkat, sehingga Muhammad mengancam mereka jika mereka tidak mau pergi, maka mereka akan jadi penghuni Neraka.
Qur’an 4:97:
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat
dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat
bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah
kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat
berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di
bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu
seburuk-buruk tempat kembali
Muhammad sendiri tetap tinggal di Mekah. Lalu di suatu malam, dia mengaku Allâh memberitahunya bahwa musuh2nya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu meminta kawan setianya Abu Bakr untuk menemaninya diam2 pergi ke Medina. Ayat berikut mengisahkan kejadian tersebut:
Q 8:30
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Dalam ayat Qur’an ini, tampaknya Allâh menduga2 apa yang akan direncanakan orang2 Mekah. Bukankah ini jelas hasil dari kecurigaan Muhammad saja? Muhammad hidup diantara masyarakat Mekah selama 13 tahun, mengganggun mereka dan menghina agama mereka, sama seperti yang dilakukan Muslim saat ini terhadap agama2 lain, tapi mereka tetap saja bersikap toleransi terhadap Muhammad. Selain dari tuduhan Muhammad sendiri, tidak ada catatan sejarah yang membuktikan mereka ingin mencelakai dirinya.
Dalam sejarah yang ditulis para Muslim sendiri, tidak ada bukti penindasan terhadap muhammad. Kaum2 tua Quraish yang muak dengan hinaan2 Muhammad melaporkan hal itu kepada pamannya yang sudah tua Abu Talib dan berkata, “Keponakanmu ini telah mengucapkan kata2 hinaan terhadap dewa2 dan agama kami, dan telah mengatakan kami bodoh, dan mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di pihak kami silakan balas dia; (karena kau pun mengalami hinaan yang sama), atau jangan lindungi dia agar kami yang membalasnya.” [Sir William Muir, Life of Muhammad, Vol. 2, bab 5,. hal. 162.]
Ini bukan ucapan orang2 yang suka menindas. Ini adalah sebuah permintaan dan peringatan agar Muhammad berhenti menghina dewa2 mereka. Bandingkan dengan tindakan kaum Muslim modern ketika nabi mereka digambarkan di beberapa kartun. Muslim2 ini mengamuk dan di tempat2 jauh seperti Nigeria dan Turki, mereka membunuh hampir 100 orang yang tidak bersalah atas pembuatan kartun2 itu. Tapi masyarakat Quraish bertoleransi atas hinaan2 terhadap dewa2 mereka selama tiga belas tahun.
Muhammad sendiri tetap tinggal di Mekah. Lalu di suatu malam, dia mengaku Allâh memberitahunya bahwa musuh2nya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu meminta kawan setianya Abu Bakr untuk menemaninya diam2 pergi ke Medina. Ayat berikut mengisahkan kejadian tersebut:
Q 8:30
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Dalam ayat Qur’an ini, tampaknya Allâh menduga2 apa yang akan direncanakan orang2 Mekah. Bukankah ini jelas hasil dari kecurigaan Muhammad saja? Muhammad hidup diantara masyarakat Mekah selama 13 tahun, mengganggun mereka dan menghina agama mereka, sama seperti yang dilakukan Muslim saat ini terhadap agama2 lain, tapi mereka tetap saja bersikap toleransi terhadap Muhammad. Selain dari tuduhan Muhammad sendiri, tidak ada catatan sejarah yang membuktikan mereka ingin mencelakai dirinya.
Dalam sejarah yang ditulis para Muslim sendiri, tidak ada bukti penindasan terhadap muhammad. Kaum2 tua Quraish yang muak dengan hinaan2 Muhammad melaporkan hal itu kepada pamannya yang sudah tua Abu Talib dan berkata, “Keponakanmu ini telah mengucapkan kata2 hinaan terhadap dewa2 dan agama kami, dan telah mengatakan kami bodoh, dan mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di pihak kami silakan balas dia; (karena kau pun mengalami hinaan yang sama), atau jangan lindungi dia agar kami yang membalasnya.” [Sir William Muir, Life of Muhammad, Vol. 2, bab 5,. hal. 162.]
Ini bukan ucapan orang2 yang suka menindas. Ini adalah sebuah permintaan dan peringatan agar Muhammad berhenti menghina dewa2 mereka. Bandingkan dengan tindakan kaum Muslim modern ketika nabi mereka digambarkan di beberapa kartun. Muslim2 ini mengamuk dan di tempat2 jauh seperti Nigeria dan Turki, mereka membunuh hampir 100 orang yang tidak bersalah atas pembuatan kartun2 itu. Tapi masyarakat Quraish bertoleransi atas hinaan2 terhadap dewa2 mereka selama tiga belas tahun.
No comments:
Post a Comment