Produksi Opium Negara Islam Afganistan 2011-2013 Naik
Afganistan Negara Islam Penghasil Opium |
Selama tiga tahun berturut-turut, yakni 2011 sampai 2013, budidaya opium telah meningkat di seluruh Afganistan. Soal ini dikemukakan dalam laporan PBB yang dirilis Senin, 15 April 2013. Situasi ini membalik keadaan yang sebelumnya sudah menurun setelah pemerintah Afganistan dan komunitas internasional melakukan pemberantasan narkoba selama satu dekade.
Temuan laporan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan aparat penegak hukum internasional. Jika tren ini berlanjut, opium dikhawatirkan akan menjadi kegiatan ekonomi utama negara ini setelah kepergian tentara internasional pada tahun 2014.
Afghanistan sudah menjadi produsen terbesar opium di dunia. Tahun lalu, negara ini menyumbang 75 persen pasokan heroin dunia. "Asumsinya, ini akan mencapai 90 persen lagi tahun ini," kata pejabat Kontra-Narkotika PBB, Jean-Luc Lemahieu.
Laporan berjudul "Afghanistan Opium Risk Assessment 2013", yang dikeluarkan Kantor PBB bidang Narkoba dan Kejahatan, berdasarkan survei meluas, mencatat bahwa budidaya opium telah meningkat di 12 dari 34 provinsi di Afganistan. Herat, di Afganistan Barat, adalah satu-satunya provinsi yang budidaya opiumnya turun.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa gerilyawan Taliban mengambil keuntungan dari situasi tak aman di beberapa provinsi untuk membantu petani opium dan memenangkan dukungan populer dari mereka--dan melindungi pendapatan penting bagi operasi mereka. Budidaya opium dilaporkan mengalami peningkatan di daerah yang tak aman.
Menurut Lemahieu, jumlah lahan yang digunakan khusus untuk menanam opium tahun ini diperkirakan berada di atas angka tahun 2008, yang mencapai 388.000 hektare. Setelah tahun 2008, upaya pemberantasan narkoba serta program 'insentif tunai' untuk provinsi yang memberantas tanaman opium, membantu mengurangi budidaya opium ini secara drastis sampai tahun 2010.
Tahun ini, tiga provinsi --Balkh, Faryab, dan Takhar yang berada di utara dan barat-- berada dalam bahaya kehilangan status bebas opium mereka. Mereka sebelumnya masuk dalam 16 provinsi yang telah dinyatakan bebas opium dan menerima penghargaan uang tunai $US 1 juta dari Kedutaan Besar Amerika, yang dibayarkan langsung ke kantor gubernur.
Pada bulan Februari lalu, Departemen Luar Negeri mengumumkan bahwa mereka membagikan US$ 18.200.000 untuk Good Performers Initiative Awards untuk mengurangi budidaya opium di Afganistan. Seorang juru bicara Kedutaan Besar Amerika menekankan bahwa penghargaan itu dimaksudkan sebagai insentif bagi provinsi untuk tetap berstatus "bebas opium".
Produksi opium sangat tinggi di Provinsi Helmand di selatan, wilayah utama penghasil opium di negara itu, dan di Provinsi Kandahar. Di kedua tempat tersebut, gelombang besar pasukan Amerika di sana membantu untuk mengalahkan pengaruh Taliban. Tetapi setelah sebagian tentara asing pulang tahun lalu, budidaya opium kembali meningkat drastis. Lebih dari 70 persen dari produksi opium sekarang terjadi di tiga provinsi di mana sebelumnya ditempati pasukan asing dalam jumlah besar.
"Negara ini sedang dalam perjalanan untuk menjadi negara narkotik pertama di dunia," kata seorang pejabat penegak hukum internasional, yang tidak ingin dikutip karena pernyataannya mengkritik pemerintah Afganistan. "Perdagangan opium sudah menjadi bagian besar ekonomi dibandingkan dengan narkotik di Bolivia atau Kolombia."
Mirwais Yasini, mantan kepala kontra-narkotik bagi pemerintah Afganistan dan sekarang anggota DPR, mengatakan, "Saya tidak akan mengatakan sejauh itu. Tapi jika terus seperti ini di masa depan, saya khawatir itu akan terjadi."
Yasini mengatakan upaya pemberantasan narkoba telah dimentahkan oleh faktor keamanan, kemudian diperparah oleh korupsi di tingkat lokal, provinsi, dan nasional. "Saya tidak melihat sesuatu yang nyata yang telah dilakukan," katanya. "Tidak ada pengganti tanaman yang berarti (bagi petani opium) dan tidak ada penegakan hukum yang efektif."
PBB memperkirakan sebelumnya perdagangan opium merupakan 15 persen dari produk domestik bruto Afganistan. Angka ini diperkirakan akan meningkat saat pasukan militer internasional dan NATO akan hengkang dari negara ini akhir tahun 2014.
Sektor pertambangan, harapan besar lainnya dari kemandirian ekonomi Afganistan, masih sekarat karena parlemen negara ini terus berselisih soal hukum pertambangan. Kurangnya keamanan dan tak jelasnya regulasi membuat eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya mineral belum bisa dilakukan.
Peningkatan penanaman opium juga dipicu oleh harga historisnya yang tinggi dan diperparah oleh situasi keamanan yang buruk. Harga mulai meningkat secara dramatis pada tahun 2010 ketika hasil panen opium berkurang. Kata Laporan PBB tersebut, petani mendapatkan US$ 203 per kilogram dari panen opium, dibandingkan dengan hanya 43 sen per kilogram dari gandum atau US$ 1,25 per kilogram dari beras. Sumber
No comments:
Post a Comment