Taliban Nikmati Panen Raya Opium
Bagi rakyat Afganistan, hari-hari ini merupakan awal masa panen poppy atau opium. Ini terlihat dari stasiun bus Kandahar yang dipadati kaum lelaki, dari anak-anak berumur 10 tahun hingga orang dewasa, yang mencari pekerjaan sebagai penyadap opium.
Seorang pemilik ladang opium di Provinsi Helmand juga ke stasiun itu untuk mencari pekerja dalam musim panen yang pendek itu. Dia memerlukan 20 pekerja.
"Saya memiliki 50 hektar ladang di desa saya di distrik Khaneshin dan menanami semuanya dengan opium," katanya.
Dua pertiga penghasilan dari ladangnya akan diserahkan ke kelompok Taliban setempat sebagai biaya perlindungan. Dia masih memiliki sisa 10.000 hingga 15.000 dollar AS, tergantung dari harga opium di pasaran lokal dan asing.
"Dari mana lagi saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" katanya.
Selama lebih dari satu dekade pascainvasi pasukan Sekutu pimpin Amerika Serikat yang berhasil menggulingkan kekuasaan Taliban, Afganistan, sudah memproduksi 90 persen opium ilegal dunia. Sebagian besar hasilnya untuk mendanai para gerilyawan militan. Pahadal, Barat sudah mengeluarkan biaya besar untuk program pemberantasan opium.
Pada 2011, Afganistan memproduksi 5.800 ton opium, naik dari 3.600 ton pada tahun sebelumnya, menurut laporan PBB yang dirilis Januari lalu. Provinsi Helmand sendiri menjadi penghasil 60 persen opium dunia.
Sabtu (21/4/2012), di stasiun Kandahar itu, sekitar 2.000 lelaki muda dan anak-anak menunggu untuk melakukan perjalanan ke Helmand dan bergabung dalam neishtar.
Neishtar adalah kata dari bahasa Parsi untuk tombak kecil yang digunakan untuk mengiris pohon opium agar getahnya muncul, kemudian dibiarkan mengering lalu dipanen.
Musim neishtar hanya berlangsung selama 15 hingga 20 hari pada bulan April. Dan, setiap tahun penduduk desa dari seluruh wilayah selatan Afganistan pergi bekerja di ladang-ladang opium Helman yang sangat luas. Selama itu mereka mendapat bayaran 40.000 afgani atau sekitar 800 dollar AS.
"Saya senang bisa pergi ke Helmand dan menghasilkan banyak uang," kata Lalai, pemuda 20 tahun dari Provinsi Uruzgan.
"Hanya di saat-saat seperti ini kami bisa mendapat banyak uang dalam waktu singkat," katanya.
Keberadaan pos-pos polisi tidak membuat gentar para pemilik ladang yang mencari pekerja di stasiun itu. Seorang polisi yang meminta namanya tidak disebut mengatakan, "Kami tahu mengapa orang-orang ini pergi ke Helmand dan kami juga tahu ada dari mereka pejuang Taliban yang untuk sementara meletakkan senjata untuk bekerja di ladang opium."
"Tapi kami tidak bisa menangkap mereka karena mereka bisa membantah tuduhan dan bahkan menuduh kami mengganggu mereka tanpa alasan," lanjutnya.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Helmand, Daud Ahmadi, membenarkan adanya arus besar penduduk yang menuju ladang-ladang opium. Ditegaskannya, pemerintah setempat akan menghentikan mereka dan tidak akan memberi mereka kelonggaran bagi siapa pun yang melanggar hukum.
"Kami melihat ada peningkatan jumlah orang yang datang untuk bekerja secara ilegal dan terutama di ladang-ladang opium di sini, di Helmand," katanya.
"Kami sudah menangkap ratusan orang dan mengembalikan sebagian dari mereka ke provinsi asal masing-masing. Atau menugasi mereka memusnahkan ladang-ladang opium," paparnya.
Ahmadi juga memberi peringatan keras pada orang-orang yang berencana bekerja di ladang opium. "Praktik ini ilegal, kami akan menghukum siapa pun yang mencoba melanggar hukum."
Sayangnya, di negara yang memiliki angka korupsi tinggi, bahkan di kalangan para pejabat tinggi, hasil dari panen opium tidak hanya masuk ke kantong-kantong Taliban, tetapi juga dinikmati para pejabat keamanan setempat.
"Kami tidak takut polisi," kata seorang pemuda yang sudah mendapatkan pekerjaan dan siap naik bus ke Helmand.
"Jika ditangkap polisi, kami bisa dengan mudah mengusir mereka (polisi) dengan membayar seribu sampai dua ribu afgani," ujarnya santai. sumber
No comments:
Post a Comment