Kapal Tongkang Ditumpangi Warga Islam Aceh Sengaja Ditembak Negara Islam Malaysia
Mereka kembali dengan pesawat komersil dari Malaysia dan tiba di bandara SIM Blang Bintang, Aceh Besar, pukul 15.30 WIB didampingi konseler Dubes RI, Dino Nurwahyudin, Kadis Sosial Aceh, Bukhari AKs dan Kepala BPBA, Said Rasul.
Lima warga Aceh itu, Mustafa (25) asal Tanoh Abee, Idi Rayeuk, Aceh Timur, Mukhtaruddin (24) asal Langsa, Zarkhasi (29) Meurah Mulia, Aceh Utara, Muladi (32) Lhokseumawe dan Murthaza (32) Pidie Jaya.
Dalam pertemuan kemarin, Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyatakan, terima kasih kepada Duta Besar Indonesia di Malaysia dalam rangka misi kemanusiaan telah memfasilitasi dengan cepat.
“Kita bersyukur karena dengan cepat menyelesaikan persoalan keselamatan jiwa,” ujarnya, kemarin.
Kepada warga Aceh yang pulang kemarin, gubernur memberikan bantuan dana untuk pulang kampung masing-masing. “Saya berharap, ini pengalaman dan kalau bisa ke depan jangan lagi berpikir mencari kerja di luar negeri, tetapi bagaimana di daerah Aceh harus punya peluang kerja untuk anak-anak Aceh,” kata Zaini.
Sementara, konseler Indonesia di Malaysia,
Dino Nurwahyuddin mengatakan, jumlah warga Aceh keseluruhan sebanyak 97 orang, meninggal dunia 14 orang dan satu lagi belum teridentifikasi.
Kemudian, lima ini sudah kembali dan sementara masih ada 60 orang sudah diproses di pengadilan Kuala Langa, Malaysia, dan tinggal menunggu bebas saja.
Mereka yang ditangkap diberi hukuman satu bulan, sejak ditahan 18 Juni 2014, dan sebelum Idul Fitri sudah bebas, katanya.
Ia mengatakan, Kedubes Indonesia di Malaysia, setiap tahun menangani seluruh TKI yang datang ke Dubes baik memperpanjang panjang paspor ataupun bermasalah.
Menyinggung soal tenggelamnya kapal yang membawa warga Aceh, dalam laporan terakhir, kata Dino, Pemerintah Indonesia sudah menelusuri dugaan bahwa kapal tersebut tenggelam tidak secara alamiah. Namun pemerintah meminta agar diselidiki bersama Pemerintah Malaysia.
Pihaknya juga sudah menyiapkan pengacara, karena ini masalah hukum. Harus ada bukti dan saksi. Namun, kendalanya, karena mereka yang masuk ke Malaysia ilegal justru tidak mau jadi saksi, sebab nanti takut kena hukuman
Tragedi Tongkang Karam Di Malaysia Terkuak, Kapal sengaja Ditembak dan ditabrak patroli Negara islam Malaysia
Tenggelamnya kapal tongkang di Malaysia, mulai terkuak. Salah satu korban kapal yang selamat, Kamis (10/7), menceritakan kisah sebenarnya di Pendopo Gubernur.
Menurut Murthaza warga Pidie Jaya, pada malam Rabu, 18 Juni 2014, mereka naik kapal keluar habis maghrib, dari Kuala Langa, Malaysia, dengan membayar 650 ringgit Malaysia, menuju Tanjung Balai, Asahan.
Namun, setelah beberapa puluh menit berlayar tiba-tiba datang kapal patroli Malaysia dan langsung menempel kapal yang mereka tumpangi.
Petugas langsung menanyakan ‘mana tekong’ dan satupun tidak menjawab. Akhirnya setelah berkali-kali ditanyakan tidak ada jawaban, kapal langsung ditabrak dari samping.
Tidak puas dari samping, kapal pun terus dibuntuti dari belakang dan terus juga ditabrak.
“Sebelum kapal patroli pergi, mereka menembaki bodi kapal sebanyak dua kali sehingga penumpang baik anak dan ibu-ibu ada yang menjerit dan ketakutan,”ungkap pria berusia 32 tahun ini.
Satu jam kemudian, kapal pun mulai masuk air dan masing-masing penumpang menyelamatkan diri. Namun, karena ramai dan perlengkapan pelampung tidak cukup akhirnya ada yang tenggelam malam itu.
“Saya sangat sedih karena rata-rata warga Aceh semua dan saya tidak bisa melupakan kenangan pahit itu,” ungkap Murthaza.
Ia juga tak menduga bisa selamat setelah berenang selama empat jam dalam kegelapan malam bisa sampai ke daratan.
Sampai di daratan, mereka langsung meminta bantuan kepada penduduk Melayu di sekitar pantai dan mengatakan bahwa mereka orang Aceh yang ingin pulang kampung.
“Saya bersama warga lainnya berenang selama empat jam dari laut sejauh 2 km dari pantai,” ujarnya lirih. sumber
No comments:
Post a Comment