Menipu dan penipuan di halal-kan dalam Islam

Menipu dan penipuan di halal-kan dalam Islam

Kita baca Al-Qur'an Surah Al-Maidah ayat 89;


لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الْأَيْمَانَ ۖ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ ۚ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS 5:89)

Kita baca pula dalam Al-Qur'an Surah An-Nahl ayat 106;


مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS 16:106)

Al Rabi Ibnu Sulaiman berkata, mengutip dari Umi Kalthum Ibnu Uqba,
“Hanya karena tiga alasan inilah aku mendengar Utusan Allah memperingatkan tentang berbohong: Katanya, ‘Aku tidak menganggap seorang pembohong jika tujuannya untuk menyatukan orang, dan tidak pula terhadap mereka yang berbohong selama perang, atau mereka yang berbohong pada istri atau suaminya dengan tujuan untuk tetap bersatu’” (Muslim, Birr 101; Musnad Ahmad Ibnu Hanbal 6:403, 404, 459, 461).


Muhammad berkata, “Jika engkau mendengar hadits tentang aku yang membimbing orang melalui jalan yang benar dan jauh dari iblis, maka terimalah itu; baik memang aku ucapkan atau tidak. Dan jika engkau mendengar hadits tentang aku yang membimbing ke jalan yang sesat dan menjauh dari kebenaran, maka tolaklah itu, karena aku hanya berbicara kebenaran.”

Tanggapan kita:
Perkataan semacam ini membuka lebar-lebar bagi pintu kebohongan.
Tujuan menghalalkan segala cara!
Dengan pengesahan terhadap dusta ini, apakah kita menjadi umat setan ataukah umat Allah?
Atau jangan-jangan Allahnya adalah setan?

Apakah tindakan baik dan usaha pendamaian harus didirikan berdasarkan kebohongan?
Keluarga macam apa yang suami dan istrinya saling berbohong dengan pikiran bahwa bohong itu akan saling merekatkan hubungan?
Artinya seorang suami yang main dengan perempuan lain bisa bebas membohongi istrinya yang setia?
Kwalitas pernikahan apa yang bisa tumbuh dalam relasi demikian?
Dan pendidikan macam apa yang diberikan pada anak-anak yang bertumbuh dalam rumah tangga semacam ini?
Keluarga adalah kesatuan unit dalam masyarakat. Jika dirusak, maka seluruh masyarakat akan rusak pula! semua AGAMA melarang bohong..

Tampaknya Quran tidak berbicara soal moral, melainkan akal-akalan untuk bagaimana terlepas dari hukuman dosa dan kejahatan.
Dengan ketentuan demikian, apakah Allah SWT dapat mengharapkan umat-Nya bertobat sungguh-sungguh dari dalam, menjadikan mereka manusia mulia?

bila anda masih belum meyakini hal tersebut, silahkan baca ini juga
semoga Artikel-artikel diatas dapat menambah wawasan anda tentang Al-Quran.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment